Senin, 15 April 2013

Fungsi Pakaian Menurut Syariat Islam Islam

Busana dapat memberi dampak spikologis bagi pemakainya. Cobalah ke pesta dengan menganakan pakaian sehari-hari, pasti anda akan erasa rikuh. Sebaliknya Anda akan lebih percaya diri jika memakai pakaian istimewa. Karena itu sementara negara mengganti pakaian militernya dengan warna dan bentuk lain, setelah kekalahan mereka, agar sisa-sisa pengaruh negatif dari kekalahan dapat terkikis.

Fungsi pakaian menurut yariat Islam, yakni dapat memberi dampak spikologis bagi yang melihatnya. Para hakim di beberapa negara memakai wig antara lain guna memberi kesan wibawa di hadapan yang hadir dipersidangan. Di Indonesia misalnya ada yang senagja memakai serban agar memberi kesan kesalehan atau ketekunan beragama. Ada juga kalung dilehernya untuk mengesankan paling tidak dihadapan sebayanga bahwa ia adalah anak muda yang gaul dan funky.

Fungsi pakaian antara lain sebagai busana pokok, juga sebagai pembeda atau pengenal. Sekolah-sekolah kini memilikis seragam identitas yang berbeda satu dengan yang lainnya. Begitulah fungsi pakaian sebagai pembeda dan pengenal.

Agama memperkenalkan pula pakaian-pakain khusus baik untuk pakaian rumah, atau untuk kegiatan beribadah. Dalam ajaran Islam, ketika melaksanakan ibadah haji atau umrah ada pakain-pakain khusu buat pria yakni yang tidak berjahit. Dan wanita tidak diperkenankan menutup wajahnya

Pakaian adalah produk budaya, sekaligus tuntunan agama dan moral. Dari sini lahir apa yang dinamai pakaian tradisonal, daerah dan nasional, juga pakain resmi untuk perayaan tertentu dan pakaian tertuntu untuk profesi tertentu, serta pakaian untuk beribadah. Namun perlu dicatat bahwa sebagain dari tuntunan agama pun lahir dari budaya masyarakat. Karena agama sangat mempertimbangan kondisi masyarakat sehingga menjadikan adat istiadat yang tiak bertentangan dengan nilai-nilainya sebagai salah satu pertumbangan hukum.

Maka tidak mustahil, bahwa bentuk pakaian yang ditetapkan atau dianjurkan oleh suatu agama, justru lahir dari budaya yang berkembang ketika itu. Namun yang jelas moral, cita rasa keindahan, dan sejarah bangsa, ikut serta menciptakan ikatan-ikatan khusus bagi anggota masyarakat yang antara lain melahirkan bentuk pakaian dan warna warni favorit. Tetapi ada masyarakat yang mengedepankan pada unsur keindahannya dan menomoruakan, kalau enggan berkata mengabaikan, sisi moralitasnya dan ada pula yang sebaliknya.

0 komentar:

Posting Komentar