Hidayatur Rahmi gadis jilbaber yang mampu berbahasa Indonesia, English dan Arabic ini mulai berhijab ketika duduk di kelas 3 SD. Satu tahun sebelum jilbab resmi menjadi seragam seluruh sekolah di kota kelahirannya. Yang mendorongnya berjilbab ketika itu adalah keluarga dan lingkungan. Saat itu Ia mulai berjilbab ala "anak kecil". Namun, ketika duduk di bangku SMP aku mulai berkomitmen untuk selalu berjilbab dalam semua aktifitasnya.
Alhamdulillah bisa kemampuanya mempertahankan sampai sekarang. Kita pasti tahu gempa besar yang melanda Sumatera Barat tahun 2009. Saat itu Ia masih duduk di bangku SMA dan tinggal di asrama sekolah. Gempa terjadi setelah sholat ashar. Semua siswa berlari berhamburan keluar asrama mencari tempat yang aman. Semua panik begitupun dengannya yang ikut berlari.
Namun Ia sadar ketika itu Ia tidak memakai jilbab dan memutuskan untuk kembali ke kamar. Teman-temanku aneh dengan tindakanku dan berusaha menarik tanganku untuk keluar asrama saat itu juga. Ia bersikeras untuk kembali ke kamar dan akhirnya teman-temannya meninggalkannya. Ia berhasil kembali ke kamar dan memakai jilbab tetapi goncangan semakin besar. Barang-barang berjatuhan. Ia ketakutan dan tidak bisa keluar kamar. Ia hanya bisa duduk dan berdoa 'laa haula wa laa quwwata illa biLLAH'. Beberapa menit kemudian gempa berhenti. Alhamdulillah Ia selamat dan Ia bersyukur masih bisa menjaga komitmennya untuk selalu berjilbab.
Ada satu lagi pengalamannya saat memakai jilbab. Waktu itu Ia mengikuti salah satu kontes modelling dan aku satu-satunya kontestan yang memakai jilbab. Ketika masuk 3 besar, para kontestan diwajibkan untuk memakaij celana jeans dan baju kaos lengan pendek ( agar bentuk tubuh terlihat ) untuk dinilai oleh para juri. Akhirnya Ia memutuskan untuk mundur dari kontes tersebut. Panitia akhirnya meminta aku untuk tetap mengikuti kontes dan tetap memakai rok panjang dan kaos lengan panjang. Alhamdulillah Ia menjadi juara satu di kontes tersebut
Alhamdulillah bisa kemampuanya mempertahankan sampai sekarang. Kita pasti tahu gempa besar yang melanda Sumatera Barat tahun 2009. Saat itu Ia masih duduk di bangku SMA dan tinggal di asrama sekolah. Gempa terjadi setelah sholat ashar. Semua siswa berlari berhamburan keluar asrama mencari tempat yang aman. Semua panik begitupun dengannya yang ikut berlari.
Namun Ia sadar ketika itu Ia tidak memakai jilbab dan memutuskan untuk kembali ke kamar. Teman-temanku aneh dengan tindakanku dan berusaha menarik tanganku untuk keluar asrama saat itu juga. Ia bersikeras untuk kembali ke kamar dan akhirnya teman-temannya meninggalkannya. Ia berhasil kembali ke kamar dan memakai jilbab tetapi goncangan semakin besar. Barang-barang berjatuhan. Ia ketakutan dan tidak bisa keluar kamar. Ia hanya bisa duduk dan berdoa 'laa haula wa laa quwwata illa biLLAH'. Beberapa menit kemudian gempa berhenti. Alhamdulillah Ia selamat dan Ia bersyukur masih bisa menjaga komitmennya untuk selalu berjilbab.
Ada satu lagi pengalamannya saat memakai jilbab. Waktu itu Ia mengikuti salah satu kontes modelling dan aku satu-satunya kontestan yang memakai jilbab. Ketika masuk 3 besar, para kontestan diwajibkan untuk memakaij celana jeans dan baju kaos lengan pendek ( agar bentuk tubuh terlihat ) untuk dinilai oleh para juri. Akhirnya Ia memutuskan untuk mundur dari kontes tersebut. Panitia akhirnya meminta aku untuk tetap mengikuti kontes dan tetap memakai rok panjang dan kaos lengan panjang. Alhamdulillah Ia menjadi juara satu di kontes tersebut
Baginya hijab adalah komitmennya sebagai muslimah. Hijab itu indah dan akan lebih indah apabila seseorang menghiasinya dengan akhlak yang mulia.
0 komentar:
Posting Komentar