Senin, 22 Juli 2013

Daftar Obat Antibiotik untuk jerawat

Perawatan jerawat bekerja dengan cara mengurangi produksi minyak, mempercepat pergantian sel kulit, melawan infeksi bakteri, mengurangi peradangan atau melakukan keempat. Dengan sebagian besar perawatan jerawat resep, Anda mungkin tidak melihat hasil selama empat sampai
delapan minggu, dan kulit Anda mungkin menjadi lebih buruk sebelum menjadi lebih baik.

Dokter atau dokter kulit dapat merekomendasikan obat resep Anda terapkan pada kulit Anda (obat topikal) atau mengambil melalui mulut (obat oral). Oral resep obat untuk jerawat sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan, terutama pada trimester pertama.

Jenis perawatan jerawat meliputi:
Over-the-counter perawatan topikal. lotion jerawat dapat mengeringkan minyak, membunuh bakteri dan mempromosikan pengelupasan sel-sel kulit mati. Over-the-counter (OTC) lotion umumnya ringan dan mengandung benzoil peroksida, sulfur, resorsinol, asam salisilat atau belerang sebagai bahan aktif mereka. Produk ini dapat membantu untuk jerawat yang sangat ringan. OTC obat jerawat dapat menyebabkan efek samping awal – seperti iritasi kulit, kekeringan dan mengelupas – yang sering membaik setelah bulan pertama terapi.

Sedangkan obat antibiotik yang sering digunakan untuk mengatasi masalah jerawat adalah :

Tetrasiklin
Antibiotik ini paling banyak diresepkan untuk jerawat, dosis yang diberikan makin lama makin berkurang seiring dengan penurunan lesi jerawat yang terlihat. Tapi antibiotik ini tidak boleh diberikan pada perempuan hamil atau anak-anak di bawah usia 9 tahun.

Erythromycin
Antibiotik ini memiliki sifat anti inflamasi yang membantu mengurangi kemerahan pada lesi (luka) jerawat serta membunuh bakteri. Dosis yang diberikan bervariasi tergantung dari tipe yang digunakan. Tapi antibiotik ini bisa menyebabkan sakit perut dan mual.

Minocycline
Antibiotik ini merupakan turunan dari tetrasiklin yang secara efektif sudah digunakan sebagai pengobatan jerawat. Dosis awal yang diberikan biasanya 50-100 mg per hari. Tapi efek samping yang muncul biasanya terjadi perubahan warna kulit dan gigi jika dikonsumsi untuk jangka waktu lama.

Penisilin (Penicillins)
Penisilin atau antibiotik beta-laktam adalah kelas antibiotik yang merusak dinding sel bakteri saat bakteri sedang dalam proses reproduksi. Penisilin adalah kelompok agen bakterisida yang terdiri dari penisilin G, penisilin V, ampisilin, tikarsilin, kloksasilin, oksasilin, amoksisilin, dan nafsilin. Antibiotik ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berkaitan dengan kulit, gigi, mata, telinga, saluran pernapasan, dll. Sebagian orang mungkin mengalami alergi terhadap penisilin dengan keluhan ruam atau demam karena hipersensitivitas terhadap antibiotik. Seringkali penisilin diberikan dalam kombinasi dengan berbagai jenis antibiotik lainnya.

Sefalosporin (Cephalosporins)
Sefalosporin, seperti penisilin, bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding sel bakteri selama reproduksi. Namun, antibiotik ini mampu mengobati berbagai infeksi bakteri yang tidak dapat diobati dengan penisilin, seperti meningitis, gonorrhea, dll. Dalam kasus dimana orang sensitif terhadap penisilin, maka sefalosporin bisa diberikan sebagai alternatif. Namun, dalam banyak kasus, ketika seseorang alergi terhadap penisilin, maka kemungkinan besar dia akan alergi terhadap sefalosporin juga. Ruam, diare, kejang perut, dan demam adalah efek samping dari antibiotik ini.

Aminoglikosida (Aminoglycosides)
Jenis antibiotik ini menghambat pembentukan protein bakteri. Karena efektif dalam menghambat produksi protein bakteri, aminoglikosida diberikan antara lain untuk mengobati tifus dan pneumonia. Meskipun efektif dalam mengobati bakteri penyebab infeksi, terdapat risiko bakteri semakin tahan terhadap antibiotik ini. Aminoglikosida juga diberikan dalam kombinasi dengan penisilin atau sefalosporin. Aminoglikosida efektif mengendalikan dan mengobati infeksi bakteri, namun berpotensi melemahkan ginjal dan fungsi hati.

Makrolida (Macrolides)
Sama seperti sebelumnya, antibiotik ini mengganggu pembentukan protein bakteri. Makrolida mencegah biosintesis protein bakteri dan biasanya diberikan untuk mengobati pasien yang sangat sensitif terhadap penisilin. Makrolida memiliki spektrum lebih luas dibandingkan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran lambung, dll. Ketidaknyamanan pencernaan, mual, dan diare adalah beberapa efek samping dari makrolida. Selain itu, wanita hamil dan menyusui tidak boleh mengonsumsi makrolida.

Sulfonamida (Sulfonamides)
Obat ini efektif mengobati infeksi ginjal, namun sayangnya memiliki efek berbahaya pada ginjal. Untuk mencegah pembentukan kristal obat, pasien harus minum sejumlah besar air. Salah satu obat sulfa yang paling sering digunakan adalah gantrisin.

Fluoroquinolones
Fluoroquinolones adalah satu-satunya kelas antibiotik yang secara langsung menghentikan sintesis DNA bakteri. Karena dapat diserap dengan sangat baik oleh tubuh, fluoroquinolones dapat diberikan secara oral. Antibiotik ini dianggap relatif aman dan banyak digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih dan saluran pernapasan. Namun, fluoroquinolones diduga mempengaruhi pertumbuhan tulang. Itu sebab, obat ini tidak direkomendasikan untuk wanita hamil atau anak-anak. Efek samping yang sering timbul meliputi mual, muntah, diare

0 komentar:

Posting Komentar